Wisuda

Acara Wisuda Mashuri S.Hi Yang Diselenggarakan STAIN Jurai Siwo Metro, 21 Maret 2012.

Wasiat KH. Ridwan Abdulloh

Jangan Takut Tidak Makan Kalau Berjuang Mengurus NU. Yakinlah! Kalau Sampai Tidak Makan, Komplain Aku Jika Aku Masih Hidup, Tapi Kalau Aku Sudah Mati Maka Tagihlah Ke Batu Nisanku.

Nahdlatu Ulama

Almughofadotu 'Ala Qodimish Shoolih Wal Aghodu Bil Jadidil Ashlih.

Gus Dur

Tak Penting Apapun Agamamu atau Sukumu Kalau kamu Bisa Melakukan Sesuatu Yang Baik Untuk Semua Orang, Orang Tak Pernah Tanya Apa Agamamu.

Presiden

Pemimpin-Pemimpin Idonesia Yang Telah Memperjuangkan serta Menjalankan Estafet Kepemimpinan Dari Awal Kemerdekaan Hingga Sekarang.

Sampakers

Sebuah Organisasi Terselubung yang Terdiri Dari Sekumpulan orang-orang Yang Akan Sukses Kelak Dalam mencapai Cita-Cita dan Karirnya.

My Family

Foto Bersama Sekeluarga Besar Sepekan Setelah Kepergian Ayahanda Tercinta di Bumi Nabung, 03 April 2013.

Sabtu, 15 Desember 2012

Stratifikasi Sosial

BAB I
PENDAHULUAN

Secara etimologi stratifikasi sosial berasal dari dua kata yaitu stratifikasi dan sosial. Kata stratifikasi berasal dari bahasa latin yaitu stratum (jamaknya: strata) yang berarti lapisan atau tingkat masyarakat. Senada dengan pengertian tersebut, Tesaurus Bahasa Indonesia juga mengartikan stratifikasi sebagai pelapisan atau penjenjangan.
Sedangkan secara terminologi, stratifikasi sosial artinya pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atas dasar kekuasaan, hak-hak istimewa dan prestise.
Pitirim A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki). Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan dan prestise.
Dalam stratifikasi sosial, kemiskinan beserta orang-orang yang mengalaminya seringkali dikategorikan sebagai kelompok paling bawah. Mereka “dipisahkan” dengan golongan-golongan yang mempunyai tingkat kesejahteraan hidup di atas mereka. Memang untuk melakukan kategorisasi kemiskinan keadaan ekonomi masih digunakan sebagai indikatornya.
Berbicara mengenai kemiskinan, kita tidak akan lepas dari diskusi permasalahan ekonomi. Kadang, kemiskinan dianggap faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Namun, jika kita perhatikan lebih seksama kemiskinan merupakan fenomena sosial yang begitu kompleks, yang ruang lingkupnya melebihi permasalahan ekonomi semata.
Dengan adanya stratifikasi ini, maka masyarakat akan membentuk suatu sistem seperti yang digambarkan sebelumnya oleh Karl Marx, yakni kelas-kelas masyarakat yang tersegmentasi dan adakalanya akses dari bawah ke atas tidak mempunyai jalannya yang lurus. Misalnya kasus kemiskinan di Indonesia, mungkin pernyataan tersebut bisa dipertimbangkan dalam menganalisis kemiskinan itu sendiri.
Niat pemerintah yang menggebu-gebu mengenai program pengentasan kemiskinan seringkali diganjal dengan tatakelolanya yang sangatlah tidak profesional. Berbagai bantuan yang seharusnya diberikan oleh rakyat miskin malah digelapkan untuk kepentingan pihak tertentu, yang mempunyai kewenangan lebih tentunya. Rakyat miskin pun hanya bisa mengelus dada melihat tingkah laku para pemimpin mereka.
Namun bagaimanapun juga, kemiskinan berada dalam sebuah sistem sosial yang terstratifikasi tersebut. Dengan demikian, ranah kemiskinan akan saling berhubungan dengan jenjang-jenjang di atasnya. Misalnya, adanya proyek bantuan pemerintah, simpati dan empati dari masyarakat, diskusi panjang kemiskinan oleh para ekonom, penelitian kemiskinan oleh sosiolog, dan bahkan kemiskinan itu sendiri yang menjadi bahan pengajaran di kelas. Dan inilah, bagaimana kemiskinan yang dianggap pengganggu mempunyai dampaknya yang sangat luas bagi masyarakat seantero negeri.
Adanya stratifikasi sosial nampaknya sudah digariskan pula secara alamiah dalam agama. Sebagai contoh, adanya perintah-perintah untuk mengasihi dan memberi. Saya ambil contoh dalam kepercayaan Islam, ada sebuah ajaran untuk berzakat - bersedekah, yakni memberikan sebagian harta kita untuk mereka yang lebih membutuhkan, salah satunya adalah fakir miskin. Tanpa stratifikasi sosial yang jelas, maka sulit untuk melakukan perintah-perintah suci ini. Lihat saja Brunei yang mengalami kesulitan untuk mencari orang-orang yang pantas diberikan zakat karena banyaknya orang-orang yang sudah berharta.










BAB II
KEMISKINAN
  
A.      Pengertian

Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan, dll.

Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisik dalam kelompok tersebut (Soerjono Soekanto, 1982:378).

Dapat diartikan juga sebagai Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di banyak negara-negara berkembang (LDCs), tidak terkecuali di Indonesia.

Barang siapa yang memiliki sesuatu yang berharga itu dalam jumlah yang sangat banyak, dianggap oleh masyarakat berkedudukan dalam lapisan atasan. Mereka yang hanya sedikit sekali atau sedikit sekali tidak memiliki sesuatu yang berharga tersebut , dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah (Soerjono Soekanto, 1982:219)

Pemberdayaan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menekan angka kemiskinan agar tercapai tujuan pembangunan.Menurut John Friendman mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan dasar (esensial) individu sebagai manusia.
Sebagian besar  orang-orang miskin di dunia hidup di kawasan pedesaan, di mana mereka dengan susah payah hidup dari lahan (Henslin, 2006:197)

Sementara Chambers menggambarkan kemiskinan, terutama di pedesaan mempunyai lima karakteristik yang saling terkait :
1.      Kemiskinan material,
2.      Kelemahan fisik
3.      Keterkucilan dan keterpencilan,
4.      Kerentanan,
5.      Ketidakberdayaan.
Dari kelima karakteristik tersebut yang perlu mendapat perhatian adalah kerentanan dan ketidakberdayaan. Kerentanan adalah ketidakmampuan keluarga miskin untuk menyediakan sesuatu guna menghadapi situasi darurat seperti datangnya bencana alam, kegagalan panen, atau penyakit yang tiba-tiba menimpa keluarga miskin
Kerentanan sering menimbulkan kondisi memprihatinkan yang menyebabkan keluarga miskin harus menjual harta benda dan asset produksinya sehingga mereka makin rentan dan tidak berdaya.
 Sedangkan ketidakberdayaan adalah di mana elit desa dengan seenaknya memfungsikan diri sebagai oknum yang menjaring bantuan yang sebenarnya diperuntukkan untuk orang miskin.
Ketidakberdayaan keluarga miskin di kesempatan yang lain mungkin dimanivestasikan dalam hal seringnya keluarga miskin di tipu dan ditekan oleh orang yang memiliki kekuasaan. Ketidakberdayaan mengakibatkan terjadinya bias bantuan untuk si miskin kepada kelas di atasnya yang seharusnya tidak berhak memperoleh subsidi, seperti kasus dana Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Secara ekonomi kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Sumber daya dalam konteks ini menyangkut tidak hanya aspek finansial, melainkan pula semua jenis kekayaan (wealth) yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kenyataannya menunjukkan bahwa kemiskinan tidak bisa didefinisikan dengan sangat sederhana, karena tidak hanya berhubungan dengan kemampuan memenuhi kebutuhan material, tetapi juga sangat berkaitan dengan dimensi kehidupan manusia berikut ini :
1.      Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, dilihat dari stok pangan yang terbatas, rendahnya asupan kalori penduduk miskin dan buruknya status gizi bayi, anak balita dan ibu.
2.      Terbatasnya akses dan rendahnya di sebabkan oleh kesulitan mendapatkan mutu layanan kesehatan,kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, kurangnya layanan reproduksi .jarak fasilitas layanan kesehatan yang jauh, biaya pengobatan dan biaya perawatan yang mahal. Di sisi lain, utilisasi rumah sakit masih didominasi oleh golongan mampu, sedang masyarakat miskin cenderung memanfaatkan pelayanan di Puskesmas. Demikian juga persalinan oleh tenaga kesehatan dan asuransi kesehatan sebagai suatu bentuk sistem jaminan sosial pada penduduk miskin.
3.      Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan yang disebabkan oleh kesenjangan biaya pendidikan, fasilitas pendidikan yang terbatas, biaya pendidikan yang mahal, kesempatan memperoleh pendidikan yang terbatas, tingginya beban biaya pendidikan baik biaya langsung maupun tidak langsung.
4.      Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, dan perbedaan upah serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumah tangga.
5.      Terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi. Masyarakat miskin yang tinggal di kawasan nelayan, pinggiran hutan, dan pertanian lahan kering kesulitan memperoleh perumahan dan lingkungan permukiman yang sehat dan layak. Dalam satu rumah sering kali dijumpai lebih dari satu keluarga dengan fasilitas sanitasi yang kurang memadai.
6.      Terbatasnya akses terhadap air bersih. Kesulitan untuk mendapatkan air bersih terutama disebabkan oleh terbatasnya penguasaan sumber air dan menurunnya mutu sumber air.
7.      Lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah. Masyarakat miskin menghadapi masalah ketimpangan struktur penguasaan dan pemilikan tanah, serta ketidakpastian dalam penguasaan dan pemilikan lahan pertanian. Kehidupan rumah tangga petani sangat dipengaruhi oleh aksesnya terhadap tanah dan kemampuan mobilisasi anggota keluarganya untuk bekerja di atas tanah pertanian.
8.      Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumber daya alam, serta terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya alam. Masyarakat miskin yang tinggal di daerah perdesaan, kawasan pesisir, daerah pertambangan dan daerah pinggiran hutan sangat tergantung pada sumber daya alam sebagai sumber penghasilan.
9.      Lemahnya jaminan rasa aman.
10.       Lemahnya partisipasi. Berbagai kasus penggusuran perkotaan, pemutusan hubungan kerja secara sepihak, dan pengusiran petani dari wilayah garapan menunjukkan kurangnya dialog dan lemahnya pertisipasi mereka dalam pengambilan keputusan. Rendahnya partisipasi masyarakat miskin dalam perumusan kebijakan juga disebabkan oleh kurangnya informasi baik mengenai kebijakan yang akan dirumuskan maupun mekanisme perumusan yang memungkinkan keterlibatan mereka. Besarnya beban kependudukkan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga dan adanya tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi. Rumah tangga miskin mempunyai rata-rata anggota keluarga lebih besar daripada rumah tangga tidak miskin.




A.      Jenis-jenis Kemiskinan
Besarnya kemiskinan bisa diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relatif, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolut.
1.         Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan, biasanya dapat didefinisikan di dalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud.
2.         Kemiskinan  absolut adalah derajat kemiskinan di bawah, di mana kebutuhan-kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi.



B.       Penyebab kemiskinan
Faktor-faktor penyebab kemiskinan sangat sulit untuk dipastikan mana penyebab yang berpengaruh langsung dan yang tidak langsung terhadap kemiskinan :
1.         Laju Pertumbuhan Penduduk.
Pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat di setiap 10 tahun menurut hasil sensus penduduk. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 1990 Indonesia memiliki 179 juta lebih penduduk.  Kemudian di sensus penduduk tahun 2000 penduduk meningkat sebesar 27 juta penduduk atau menjadi 206 juta jiwa. dapat diringkaskan pertambahan penduduk Indonesia persatuan waktu adalah sebesar setiap tahun bertambah 2,04 juta orang  per tahun atau, 170 ribu orang per bulan atau 5.577 orang per hari atau 232 orang per jam atau 4 orang per menit. Banyaknya jumlah penduduk ini membawa Indonesia menjadi negara ke-4 terbanyak penduduknya setelah China, India dan Amerika. Meningkatnya jumlah penduduk membuat Indonesia semakin terpuruk dengan keadaan ekonomi yang belum mapan. Jumlah penduduk yang bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban ketergantungan. Penghasilan yang minim ditambah dengan banyaknya beban ketergantungan yang harus ditanggung  membuat  penduduk hidup di bawah garis kemiskinan. 
1.         Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran.
Secara garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong sebagi tenaga kerja ialah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda di setiap negara yang satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang atau semua penduduk berumur 10 tahun tergolong sebagai tenaga kerja. Sisanya merupakan bukan tenaga kerja yang selanjutnya dapat di masukan dalam kategori beban ketergantungan. Tenaga kerja (manpower ) dipilih pula ke dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk sebagai bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja dalam usia kerja yang tidak sedang bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan tidak sedang mencari pekerjaan, yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga, serta orang yang menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya. Selanjutnya angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua subkelompok yaitu pekerja dan penganggur. Yang dimaksud dengan pekerja adalah orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan memang sedang bekerja maupun orang yang memiliki pekerjaan namun sedang tidak bekerja.

 Adapun yang dimaksud dengan pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan. Pengangguran semacam ini oleh BPS dikategorikan sebagai pengangguran terbuka  (Dumairy, 1996).

2.         Distribusi Pendapatan dan Pemerataan Pembangunan
Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya. Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40% penduduk berpendapatan rendah(penduduk miskin); 40% penduduk berpendapatan menengah; serta 20% penduduk  berpendapatan tertinggi (penduduk terkaya). Ketimpangan dan ketidakmerataan distribusi dinyatakan parah apabila 40% penduduk berpendapatan rendah menikmati kurang dari 12 persen pendapatan nasional.

Ketidakmerataan dianggap sedang atau moderat bila 40% penduduk berpendapatan rendah menikmati 12 hingga 17 persen pendapatan nasional. Sedangkan jika 40% penduduk miskin menikmati lebih dari 17 persen pendapatan nasional makan ketimpangan atau kesenjangan dikatakan lunak, distribusi pendapatan nasional dikatakan cukup merata (Dumairy, 1996).

Pendapatan penduduk yang didapatkan dari hasil pekerjaan yang mereka lakukan relatif tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan ada sebagian penduduk di Indonesia mempunyai pendapatan yang berlebih. Ini disebut juga sebagai ketimpangan. Ketimpangan pendapatan yang ekstrem dapat menyebabkan inefisiensi ekonomi. Penyebabnya sebagian adalah pada tingkat pendapatan rata ±  rata berapa pun, ketimpangan yang semakin tinggi akan menyebabkan semakin kecilnya bagian populasi yang memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman atau sumber kredit. Selain itu ketimpangan dapat menyebabkan alokasi aset yang  tidak efisien.

Ketimpangan yang tinggi menyebabkan penekanan yang terlalu tinggi pada pendidikan tinggi dengan mengorbankan kualitas universal pendidikan dasar, dan kemudian menyebabkan kesenjangan pendapatan yang semakin melebar  (Todaro, 2006).

Ketimpangan pembangunan di Indonesia selama ini berlangsung dan berwujud dalam berbagai bentuk dan aspek atau dimensi. Ketimpangan ini lebih kepada suatu hal yang terencana dan memang disengaja terkait dengan tujuan menjadikan Indonesia sebagai negara industri. Akan tetapi sampai sejauh manakah ketimpangan ini dapat ditolerir? 

Pemerintah perlu memikirkan  kembali  perihal ketepatan keputusan menggunakan industrialisasi sebagai jalur pembangunan karena akan sangat berdampak bagi pendapatan penduduk dan selanjutnya kemiskinan.
(Dumairy, 1996)

3.         Tingkat pendidikan yang rendah
Rendahnya kualitas penduduk juga merupakan salah satu penyebab kemiskinan di suatu negara Ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan ekonomi terutama industri, jelas sekali dibutuhkan lebih banyak  tenaga kerja yang mempunyai skill atau paling tidak dapat membaca dan menulis.

pendidikan merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnya dibandingkan faktor-faktor produksi lain ( Irawan, 1999).

4.         Kurangnya perhatian dari pemerintah.
Pemerintah yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat miskin dapat menjadi salah satu faktor kemiskinan. Pemerintah tidak dapat memutuskan kebijakan yang mampu mengendalikan tingkat kemiskinan di negaranya.

5.         Tingkat inflasi
6.         Pajak dan subsidi Investasi
7.         Alokasi serta kualitas SDA dan ketersediaan fasilitas umum
8.         Kondisi fisik dan alam
9.         Politik dan peperangan
10.     Bencana alam
Sedangkan Secara teoritis kemiskinan dapat dipahami melalui akar penyebabnya yang dibedakan menjadi dua kategori :
1.         Kemiskinan Natural atau alamiah
Kemiskinan yang timbul sebagai akibat terbatasnya jumlah sumber daya dan/atau karena tingkat perkembangan teknologi yang sangat rendah.
2.         Kemiskinan struktural
Kemiskinan yang terjadi karena struktur sosial yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata.
Artinya sebagian anggota masyarakat tetap miskin walaupun sebenarnya jumlah total produksi yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut bila dibagi rata dapat membebaskan semua anggota masyarakat dari kemiskinan.
Golongan yang menderita kemiskinan struktural itu misalnya terdiri dari para petani yang tidak memiliki tanah sendiri, atau para petani yang tanah miliknya kecil sehingga hasilnya tidak mencukupi untuk memberi makan kepada dirinya sendiri dan keluarganya. Termasuk golongan miskin lain adalah kaum buruh yang tidak terpelajar dan terlatih, atau apa yang dengan kata asing disebut unskilled labors.
Golongan miskin ini meliputi juga para pengusaha tanpa modal dan tanpa fasilitas dari pemerintah yang sekarang dapat dinamakan golongan ekonomi sangat lemah.

B.       Penanggulangan Kemiskinan
Persoalan kemiskinan dan kesenjangan sosial masih menjadi masalah besar di negara Indonesia terutama di daerah pedesaan. Persoalan kemiskinan dan kesenjangan sosial dapat menjadi konflik untuk itu harus mencari alternatif penanggulangan kemiskinan.
Salah satu upaya dalam penanggulangan kemiskinan adalah dengan pemberdayaan, misalnya pemberdayaan lingkungan dan pemberdayaan kewirausahaan.
Pemberdayaan adalah suatu proses yang mengembangkan dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk terus terlibat dalam proses pembangunan yang secara dinamis sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil keputusan.
Pemberdayaan merupakan program komprehensif dan terpadu dalam rangka peningkatan mutu Sumber Daya Manusia, human capital, yang sekaligus diarahkan untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs) yang tujuan utamanya penghapusan kemiskinan dan peningkatan mutu manusia yang berbudaya dan demokratis.
Pemerintah pun telah banyak mengeluarkan program kebijakan yang digunakan untuk menanggulangi kemiskinan contohnya : PKPS BBM yang terdiri dari program bagi-bagi uang atau BLT, P2KP yang kemudian diganti menjadi PNPM dengan aneka ragam jenis PNPM, program BOS, RASKIN, Askeskin, Kredit Usaha Rakyat (KUR). 
Menurut Roger Harris dalam bukunya yang berjudul information and communication technologies for poverty alleviation (2004), Strategi penanggulangan kemiskinan, antara lain:
1.      Mendistribusikan informasi yang relevan untuk pembangunan.
2.      Memberdayakan masyarakat yang kurang beruntung (disadvantaged) dan terpinggirkan (marginalized).
3.      Mendorong usaha mikro (fostering micro entrepreneurship)
4.      Meningkatkan layanan informasi kesehatan jarak jauh (telemedicine).
5.      Memperbaiki pendidikan melalui e-learning dan pembelajaran seumur hidup (life long learning).
6.      Mengembangkan perdagangan melalui ecommerce.
7.      Menciptakan ketataprajaan yang lebih efesien dan transparan melalui e-govermence.
8.      Mengembangkan kemampuan.
9.      Memperkaya kebudayaan.
10.      Menunjang pertanian
11.      Menciptakan lapangan kerja, dan Mendorong mobilisasi sosial

A.      Dampak Kemiskinan
Tidak dapat dipungkiri bahwa yang menjadi musuh utama dari bangsa ini adalah kemiskinan. Sebab, kemiskinan telah menjadi kata yang menghantui negara-negara berkembang. Khususnya Indonesia. Mengapa demikian? Jawabannya karena selama ini pemerintah (tampak limbo) belum memiliki strategi dan kebijakan pengentasan kemiskinan yang jitu. Kebijakan pengentasan kemiskinan masih bersifat pro buget, belum pro poor. Sebab, dari setiap permasalahan seperti kemiskinan, pengangguran, dan kekerasan selalu diterapkan pola kebijakan yang sifatnya struktural dan pendekatan ekonomi (makro) semata.
Semua dihitung berdasarkan angka-angka atau statistik. Padahal kebijakan pengentasan kemiskinan juga harus dilihat dari segi non-ekonomis atau non-statistik. Misalnya, pemberdayaan masyarakat miskin yang sifatnya “buttom-up intervention” dengan padat karya atau dengan memberikan pelatihan kewirauasahaan untuk menumbuhkan sikap dan mental wirausaha (enterpreneur). Karena itu situasi di Indonesia sekarang jelas menunjukkan ada banyak orang terpuruk dalam kemiskinan bukan karena malas bekerja. Namun, karena struktur lingkungan (tidak memiliki kesempatan yang sama) dan kebijakan pemerintah tidak memungkinkan mereka bisa naik kelas atau melakukan mobilitas sosial secara vertikal.
Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks.
1.    Pengangguran
Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran terbuka tahun 2007 saja sebanyak 12,7 juta orang. Jumlah yang cukup “fantastis” mengingat krisis multidimensional yang sedang dihadapi bangsa saat ini. Dengan banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki penghasilan karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga, akan memberikan dampak secara langsung terhadap tingkat pendapatan, nutrisi, dan tingkat pengeluaran rata-rata.
Dalam konteks daya saing secara keseluruhan, belum membaiknya pembangunan manusia di Tanah Air, akan melemahkan kekuatan daya saing bangsa. Ukuran daya saing ini kerap digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu bangsa dalam bersaing dengan bangsa-bangsa lain secara global. Dalam konteks daya beli di tengah melemahnya daya beli masyarakat kenaikan harga beras akan berpotensi meningkatkan angka kemiskinan. Razali Ritonga menyatakan perkiraan itu didasarkan atas kontribusi pangan yang cukup dominan terhadap penentuan garis kemiskinan yakni hampir tiga perempatnya [74,99 persen].
Meluasnya pengangguran sebenarnya bukan saja disebabkan rendahnya tingkat pendidikan seseorang. Tetapi, juga disebabkan kebijakan pemerintah yang terlalu memprioritaskan ekonomi makro atau pertumbuhan [growth]. Ketika terjadi krisis ekonomi di kawasan Asia tahun 1997 silam misalnya banyak perusahaan yang melakukan perampingan jumlah tenaga kerja. Sebab, tak mampu lagi membayar gaji karyawan akibat defisit anggaran perusahaan. Akibatnya jutaan orang terpaksa harus dirumahkan atau dengan kata lain mereka terpaksa di-PHK [Putus Hubungan Kerja].
2.      Kekerasan
Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan efek dari pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah melalui jalan yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya, merampok, menodong, mencuri, atau menipu [dengan cara mengintimidasi orang lain] di atas kendaraan umum dengan berpura-pura kalau sanak keluarganya ada yang sakit dan butuh biaya besar untuk operasi. Sehingga dengan mudah ia mendapatkan uang dari memalak.
3.      Pendidikan
Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Jelas mereka tak dapat menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab, mereka begitu miskin. Untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah kesulitan.
Bagaimana seorang penarik becak misalnya yang memiliki anak cerdas bisa mengangkat dirinya dari kemiskinan ketika biaya untuk sekolah saja sudah sangat mencekik leher. Sementara anak-anak orang yang berduit bisa bersekolah di perguruan-perguruan tinggi mentereng dengan fasilitas lengkap. Jika ini yang terjadi sesungguhnya negara sudah melakukan “pemiskinan struktural” terhadap rakyatnya.
Akhirnya kondisi masyarakat miskin semakin terpuruk lebih dalam. Tingginya tingkat putus sekolah berdampak pada rendahya tingkat pendidikan seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan seseorang mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Ini akan menyebabkanbertambahnya pengangguran akibat tidak mampu bersaing di era globalisasi yang menuntut keterampilan di segala bidang.
1.      Kesehatan
Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau ongkos pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh kalangan miskin.
2.       Konflik Sosial Bernuansa SARA
Tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul akibat ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal ini menjadi bukti lain dari kemiskinan yang kita alami. M Yudhi Haryono menyebut akibat ketiadaan jaminan keadilan “keamanan” dan perlindungan hukum dari negara, persoalan ekonomi-politik yang obyektif disublimasikan ke dalam bentrokan identitas yang subjektif.












BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Kemiskinan menjadi salah satu masalah pokok di negara Indonesia, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil, Laju Pertumbuhan Penduduk, angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran, Distribusi Pendapatan dan Pemerataan Pembangunan, Tingkat pendidikan yang rendah, Kurangnya perhatian dari pemerintah, Tingkat inflasi, Pajak dan subsidi Investasi, alokasi serta kualitas SDA dan ketersediaan fasilitas umum, kurangnya perhatian pemerintah terhadap masyarakat dan lain-lain.
Hal ini dapat menimbulkan dampak-dampak negatif bagi masyarakat, contohnya pengangguran, kekerasan, kesehatan masyarakat yang menurun, munculnya konflik sosial dan lain sebagainya. Semua ini dapat diatasi dengan beberapa cara salah satunya adalah dengan pemberdayaan masyarakat, misalnya pemberdayaan lingkungan dan pemberdayaan kewirausahaan. Dengan pemberdayaan seperti ini, masyarakat akan mempunyai skill dan kemampuan dalam beberapa bidang  sehingga dapat menciptakan kreativitas yang dapat dikembangkan dan menunjang ekonomi masyarakat yang lebih baik.  

Hidup Manusia itu Seperti Sebuah Buku,..


sampul depan adalah tanggal lahir,
sampul belakang adalah tanggal kembali,
tiap lembarannya adalah hari2 dalam hidup,
ada buku yang tebal, ada pula buku yg tipis,

HEBATNYA,
seburuk apapun halaman sebelumnya,
selalu tersedia halaman selanjutnya yg bersih, baru dan tiada cacat,

SEPERTI HALNYA DALAM HIDUP,
seburuk apapun kemarin,
Allah selalu menyediakan hari yang baru untuk kita,
kesempatan yang baru tuk bisa melakukan sesuatu yg benar setiap hari,
memperbaiki kesalahan,
melanjutkan alur cerita yg sudah ditetapkan-Nya

SELAMAT MENGISI LEMBAR DEMI LEMBAR KEHIDUPAN ANDA DENGAN KEBAIKAN,....

Cinta


Cinta
Cinta, oh cinta ^-^ Semua orang pasti mempunyai cinta, baik manusia yang tua, muda, masih remaja dan anak-anak sekalipun. kebanyakan orang bahagia karena cinta, tetapi tak sedikit juga orang yang sakit karenanya. Kebanyakan orang mengira cinta itu hanya pada lawan jenisnya saja, kepada pacarnya dan sebagainya. Padahal arti cinta itu luas dan tidak hanya kepada lawan jenis saja. Pada hakikatnya cinta yang pertama itu hanya kepada Tuhan, karena Tuhan lah yang menciptakan kita, memenuhi semua kebutuhan kita, dan Dia tak pernah mengharap apapun dari kita. kedua kepada keluarga dan terutama kedua orang tua karena jasa mereka sangat banyak bagi kita, coba kita renungkan apabila tak ada orang tua kita apakah sekarang kita ada?, apakah kita masih hidup tanpa lantaran mereka? Jelas tidak! Maka dari itu orang tua lah yang berhak kita cintai setelah Tuhan. Yang ketiga yaitu baru kepada lawan jenis. Tetapi kebanyakan orang mengutamakan dan menomor satukan cinta kepada lawan jenis daripada kepada tuhan dan kepada kedua orang tua.
Memang susah menjadi seperti yang disebutkan diatas bahkan sering kita merasa cinta itu hanya pada pacar kita aja, seperti saat ketika kita diputuskan oleh pacar kita seakan hati teriris-iris dengan pisau yang tumpul, sakitnya minta ampun, kalau pakai pisau yang tajam sih pastinya sakit tetapi tak separah ketika menggunakan pisau yang kurang tajam, karena seperti disiksa perlahan-lahan atau bahkan ketika itu kita merasa seakan akan dunia ini berhenti berputar, yah berhenti berputar, apalagi rasa cinta yang kita berikan benar-benar cinta yang tulus dari hati, yaitu bukan hanya cinta kepada kelebihan atau kebaikanya saja tetapi juga menerima segala apa yang ada padanya, baik kekurangan, kelemahan, tetapi kejelekanya juga. Setelah apa yang kita lakukan, dan berikan untuknya dia memutuskan seenaknya saja.Kita hanya bisa menangisi dan menyesali keadaan, kenapa ini harus terjadi, seakan-akan hati ingin melampiaskan dan teriak sekeras-kerasnya, atau bahkan lompat dari lantai 5, tetapi jikalau kita melakukan itu kita akan ditertawakan oleh orang. Memang bila kita berpikir pendek ini tidak adil, tetapi yah inilah kehidupan.

Rintihan Hati


Rintihan hati
Sendiri, sepi, itu sangat tidak enak bagi perasaan. Tetapi katanya bersama, berdua itu sangat menyenangkan. Semua itu hanya sebuah pernyataan seseorang tetapi agak patut diperhatikan.  Kesendirian memang sangat menyedihkan apalagi ketika tak ada satupun orang yang mau menemani dalam kesulitan.
Perasaanku hanya Tuhan dan diriku sendirilah yang tahu. Apa sih sebenarnya yang aku inginkan dan apa sih yang aku butuhkan? Aku menginginkan dan membutuhkan kebahagiaan, ketenangan, kebersamaan, keharmonisan , keindahan dalam suatu kehidupan. Semua itu mungkin hanya dapat kita peroleh jika kita ada kemauan untuk melakukan, tetapi sesungguhnya kunci atau peluang untuk dapat kebahagiaan itu ada 4 yaitu ilmu pengetahuan, kedudukan, kekayaan dan keluarga(cinta). Begitu juga  ketenangan dalam mencapainya hanya ada dua cara yaitu sabar dan qona’ah (menerima) . kebersamaan hanya akan kita dapat ketika ada kepercayaan dan kesetiaan. Yang tersebut diatas semua itu adalah sebuah pendapat dari sebuah penelitian  tetapi entah kenapa hati ini terasa ada yang kurang tenang dan kurang bahagia. Setiap hari hati hanya berangan-angan dan  bermimpi cepat mendapat pasangan yang setia, dan baik hati, padahal tahu angan-angan itu kurang baik bagi keyakinan dan kehidupan. seharusnya kita menyandarkan dan  merasa membutuhkan hanya pada Allah. Menurut sebuah pendapat juga disebutkan hakikat dari sebuah kehidupan “jika kamu mengejar sesuatu maka sesuatu tersebut akan semakin terasa menjauh darimu, tetapi jika kamu merasa tidak membutuhkan sesuatu tersebut maka sesuatu tersebut akan datang dengan sendirinya kepadamu”.  Selain itu Allah tidak pernah menjauhkan seseorang dari apa yang seharusnya ia dapatkan kalaulah itu memang untuknya, tetapi Allah justru akan mendekatkan sedekat mungkin dan begitupun sebaliknya allah tidak pernah mendekatkan seseorang dari apa yang seharusnya tidak ia dapatkan. kita percaya dengan pendapat ini  tetapi entah hati belum bisa untuk berprinsip seperti itu.  Tetapi pasti akan kita coba sebisa mungkin, ayo berkata dalam hati “Maafkan aku perasaanku yang mugkin masih dikuasai hawa nafsu, aku mungkin mulai saat ini akan sedikit mengekangmu, Karena aku yakin bahwa kebaikan yang memang Allah takdirkan untukku pasti akan diberikan kepadaku dan itu tidak akan pernah tertukar dengan orang lain”. Maka akan kupantaskan diriku untuk mendapatkan kebaikan dalam diriku.