Senin, 13 Mei 2013

KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI, PROSES PEMBENTUKAN BUMI DAN DAMPAK BENTUK MUKA BUMI TERHADAP KEHIDUPAN


KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI

Bentuk permukaan bumi sangat beraneka ragam. Ada yang bergunung-gunung, ada yang landai, ada jurang, ada lembah. Dan beragam bentuk lain. Pada pazaman dahulu, banyak orang, mengira bahwa bumi itu datar tidak bulat. Setelah dibuktikan bahwa bumi itu sebenarnya bulat.
Tenaga Endogen dan Tenaga Eksogen
Menurut para ahli, keragaman bentuk muka bumi ini disebabkan oleh dua kekuatan yaitu tenaga endogen dan tenaga eksogen.
Tenaga endogen adalah tenaga pengubah muka bumi dari dalam bumi sedangkan tenaga eksogen adalah tenaga pengubah muka bumi dari luar bumi.
Tenaga endogen bersumber dari magma yang bersifat membangun (konstruktif). Tenaga ini meliputi tektonisme, vulkanisme dan gempa bumi.
Tenaga eksogen merupakan tenaga yang bersifat merusak kulit-kulit bumi. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tenaga eksogen ini meliputi cair, angin, makhluk hidup, sinar matahari dan gletser. Kedua tenaga ini menghasilkan rupa muka bumi beraneka ragam bentuknya baik daratan maupun dasar laut.
Bentuk muka bumi yang dihasilkan tenaga endogen
Tenaga yang sangat besar dari dalam bumi dapat berpengaruh dalam membentuk keragaman bentuk muka bumi. Tenaga endogen mempunyai sifat membangun. Tenaga endogen merupakan kekuatan yang mendorong terjadinya pergerakan kerak bumi dan menjadikan terbentuk cembung, seperti pegunungan atau gunung-gunung berapi, serta berbentuk cekung seperti laut dan danau.
Kerak bumi terdiri atas 2 macam, yaitu kerak benua dan kerak samudra. Kerak benua, antara lain eropa dan asia atau bisa disebut eurosia, kerak samudra pasifik, kerak samudra pasifik kerak samudra atlantik.
Kerak benua juga disebut lempeng benua sedangkan kerak samudra disebut lempeng samudra (bagian yang menghubung naik disebabkan lempeng samudra tertekan magma. Bagian itu disebut pematang tengah samudra). Tekanan terus menerus akan mengakibatkan lempeng samudra bergerak menuju lempeng benua. Rata-rata 10 cm/tahun kalau terus menerus terjadi maka akan terjadi bertumbukan dengan lempeng benua suatu ketika, bagian-bagian yang teangkat akan menjadi pegunungan.
Wilayah-wilayah di dunia tempat pertemuan antara lempeng benua ditandai dengan deretan pegunungan. Karena ada tekanan dari dalam bumi, maka dasar laut akan terangkat. Adanya proses erosi dasar laut yang terangkat kemudian membentuk perbukitan.
A.     Hasil dari Tektonisme
Tektonisme adalah perubahan letak atau kedudukan lapisan kulit bumi secara horizontal maupun vertikal. Tektonisme di bagi menjadi 2 epirogesea dengan oregenesa.
Epirogenesa adalah gerakan pada lapisan kulit bumi secara horizontal maupun vertical akibat pengangkatan dan penurunan permukaan bumi secara cepat meliputi daerah sempit. Berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi patahan dan lipatan.
1.      Lipatan terjadi akibat tenaga endogen dan yang mendatar dan bersifat liat (plastis)    sehingga permukaan bumi menjadi mengkerut, bagian yang meliputi atas disebut punggung lipatan (Antlikina), meliputi kebawah dinamakan (sinkural).
Jenis Lipatan sebagai berikut :
a)      Lipatan Tegak (syimmetrical folds) ; terjadi karena pengaruh tenaga horizontal
b)      Lipatan miring (Asymmetical folds) ; terjadi karena pengaruh tenaga horizontal yang bekerja tidak sama.
c)      Lipatan menutup (Recumbent Folds) ; terjadi karaena tenaga tagencial
d)     Lipatan rebah (overtuned Folds) ; terjadi karena arah tenaga harizontal
e)      Sesor sangkap (Ever Thrust) terjadi karena adanya gerakan sepanjang bumi.
2.      Patahan terjadi akibat tenaga endogen yang relatif cepat, baik secara vertikal maupun    horizontal. Jenis-jenis patahan adalah sebagai berikut:

a)      Tanah naik (horst) yaitu dataran yang terletak lebih tinggi daerah sekelilingnya akibat daerah disekelilingnya patah. Horst terjadi akibat gerak tektogenesa horizontal memusat, yaitu tekanan dari dua arah atau lebih yang menimbulkan kerak bumi terdorong naik.
b)      Tanah turun (graben/slenk) yaitu kenampakan yang dataran letaknya lebih rendah dari daerah sekelilingnya, graben terjadi tarikan dari dua arah yang mengakibatkan kerak bumi turun.
c)      Sesar yaitu patahan yang diakibatkan oleh gerak horizontal yang tidak frontal dan hanyal sebagian saja yang bergeser. Sesar ini dibagi menjadi dua desktral dan sinistral. Dekstral yaitu jika kita berdiri didepan potongan sesar maka akan bergeser ke kanan sedangkan inistral yaitu jika kita berdiri di depan potongansesar didepan kita bergeser ke kiri.
d)     Blok Mountain yaitu kumpulan pegunungan yang terdiri atas beberapa patahan-patahan. Blok mountain terjadi akibat tenaga endogen yang berbentuk retakan-retakan disuatu daerah, ada yang berbentuk retakan-retakan di suatu daerah ada yang aik dan ada yang turun dan ada pula yang berbentuk miring sehingg berbentuk komplek pegunungan patahan yang terdiri atas balok-balok litosfera.

1.       Pegunungan
Pegunungan adalah kumpulan dari gunung-gunung yang membentuk permukaan bumi seolah-olah bergelombang dengan lembah dan lekukan diantara gunung-gunung tersebut. Contoh dua daratan pegunungan di Indonesia meliputi,
a)      Sirkum Pasifik, yang melalui sulawesi, Maluku, papua dan Halmahera
b)      Sirkum Mediterania

·         Busur dalam (Vulkanis) yang melalui sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, solor, alor, weter. Damar. Nila, Seua, Manuk, Kepualauan Banda, dan berakhir dipulau Ambon.
·         Busur luar (Non Vulkanis) yang melalui P. Simelue, P. Nias, P. Batu, P. Mentawai, Enggano, Tenggelam di sebelah setalan P. Jawa, Sawu, Roti, Timor, Kep. Leti, Sermata, Kep. Barbar. Kep. Tanibar, Kep Walubela, Kep. Laut seram, Manipa, Batu dan pulau-pulau kecil sekitarnya.

2.      Dataran Tinggi adalah daerah datar yang berada pada ketinggian diatas 700 m.
3.      Plato/Petau bentuk permukaan bumi yang merupakan dataran tinggi dengan bagian atas relatif rata dan telah mengalami erosi.
4.      Depresi adalah bagian permukaan bumi yang mengalami penurunan. Bentuk depresi yang memanjang disebut slenk. Sedangkan yang membuat disebut dosin.
5.      Palung laut adalah bagian luar bumi yang terdapat di dasar laut dengan kedalaman lebih dari 500 m. bentuknya memanjang dan sempit sebagai akibat dari proses penenggelaman yang terus menerus.
6.      Lubuk laut pada dasarnya pembentukkannya sama dengan palung laut hanya berbeda pada bentuknya saja, yaitu yang membuat dengan kedalaman juga lebih dari 5000 m.
7.      Punggung laut, bentuk dari punggung laut dapat digambarkan seperti bukit didasar laut. Sebagaian dari punggung laut ada juga yang muncul diatas permukaan air laut.
8.      Ambang laut adalah pembatas pada dasar laut yang memisahkan dua laut dalam
9.      Shelf adalah bagian laut yang dalamnya kurang dari 200 meter.

B.     Hasil dari Proses Vulkanisme
Vulkanisme adalah segala kegiatan magma dari lapisan dalam litosfer yang bergerak ke lapisan yang lebih keatas atau keluar ke permukaan bumi (dalam arti luas). Pergerakan magma sebagai ciri aktivitas magma dibedakan sebagai berikut,


1.       Intrusi
Instrusi magma adalah aktifitas magma didalam lapisan litosfer, memotong atau menyisipkan litosfer dan tidak mencapai permukaan bumi. Instrusi magma disebut juga plutonisme.
a)      Batholit, yaitu batuan beku yang terbentuk dari dapur magma terjadi karena penurunan suhu yang lambat.
b)      Lakolit, yaitu magma yang menyusup diantara lapisan batuan yang menyebabkan lapisan batuan diatasnya terangkat sehingga cembung, sedangkan alasnya rata.
c)      Sill, yaitu lapisan magma tipis yang menyusup diantara lapisan batuan diatas, datar dibagian alasnya.
d)     Gang, yaitu batuan dari instrusi magma yang memotong lapisan batuan yang berbentuk pipih atau lempeng.
e)      Apofisa, yaitu cabang dari erupsi korok (gang)
f)       Diatrema, yaitu batuan yang mengisi pipa letusan.

2.      Ekstrusi magma adalah kegiatan magma yang mencapai permukaan bumi. Ekstrusi magma merupakan kelanjutan dari instrusi magma, bahan yang dikeluarkan pada saat terjadi proses ekstrusi magma terutama ketika terjadi letusan gunung api adalah dalam bentuk material padat yang disebut eflatalpiroklastik dalam wujud gas, seperti belerang, nitrogen, gas asam arang, dan gas uap air.
Menurut bentuknya ekstrusi magma dibedakan menjadi 3 macam :
a)      Ekstrusi sentral, yaitu magma keluar melalui sebuah saluran magma (pipa kawah) dan membentuk gunung-gunung dan letaknya tersendiri. Ekstrusi melahirkan tipe letusan gunung api. Misalnya gunung krakatau dan gunung Vesuvius.
b)      Ekstrusi linier, yaitu magma keluar melalui retakan atau celahan yang memanjang sehingga mengakibatkan terbentuknya deretan gunung api yang kecil-kecil disepanjang retakan itu. Misalnya gunung api laki di pulau Eslandia dan deretan gunung api di Jawa Barat dan Jawa Timur.
c)      Ekstrusi areal, yaitu magma keluar dari lubang yang besar, karena magma terletak sangat dekat dengan permukaan bumi sehingga magma menghancurkan dapur magma yang menyebabkan magma meleleh keluar ke permukaan bumi. Misalnya Yellow Stone National Park di amerika serikat yang luasnya 10.000 KM2.
Hasil dari vulkanik atau fenomena alam pasca vulkanik atau fenomena alam setelah terjadi letusan.
1.      Gunung
Gunung adalah bagian permukaan bumi yang berbentuk kerucut atau kubah yang berdiri sendiri dan terdiri atas satu puncak tertinggi yang dibatasi oleh lereng. Gunung merupakan bukit yang besar yang bentuknya lebih runcing dan lebih tinggi dari permukaan bumi. Gunung terbentuk oleh adanya gerakan magma atau ekstrunsi magma dalam bumi dari kantung/dapur magma sampai dalam lapisan permukaan bumi. Gunung api biasanya masih aktif artinya gunung tersebut sewaktu-waktu dapat mengalami letusan-letusan. Contoh gunung api di Indonesia yang dapat dijumpai di daratan adalah gunung Slamet di Jawa Tengah, gunung Merapi di Yogyakarta, sedangkan gunung api di laut misalnya gunung Krakatau di selat Sunda. Gunung yang tidak aktif ada yang menyebut gunung “tidur” artinya gunung tersebut sudah tidak mengeluarkan lagi material vulkan baik padat maupun cair. Contoh gunung yang tidak aktif adalah gunung Ceremai di Jawa Barat, gunung Lawu di Jawa Tengah dan gunung Salak di Bogor.
2.      Mata air panas (air thermal) dan air mineral
Jenis air ini banyak dimanfaatkan sebagai sumber air mineral yang dikonsumsi dalam bentuk kemasan. Banyak dijumpai di depot air isi ulang atau dijual bebas. Mata air yang terkenal adalah mata air panas Baturaden di Purwokerto, Ciater di Bandung dan Sangkan Hurip di Kuningan.
3.       Sumber gas Lekskalasi
Sumber ini dapat keluar dari :
a)      Solfatar, yaitu sumber gas belerang, kenampakan ini banyak dijumapi di kawah-kawah puncak gunung api yang masih aktif. Misalnya di kawah puncak gunung Bromo dan kawah puncak gunung Merapai Daerah Istimewah Yogyakarta.
b)      Fumarol, yaitu sumber gas uap air. Sumber gas ini sama seperti solfator, fumarol dapat dijumpai pada gunung api yang masih aktif.
c)      Mofet, yaitu sumber gas asam belerang / arang. Sama seperti fumarol dan solfator, mofet juga dapat dijumpai pada gunung api yang meletus. Mofet dan belerang merupakan dua gas yang berbahaya bagi manusia karena dapat menyebabkan kematian.
4.       Mata Air Geyser
Mata air geyser diketemukan di daerah vulkan aktif. Geyser merupakan mata air tanah yang memancarkan sewaktu-waktu dalam selah batuan atau bekas kantong magma akibat dorongan gas dari alam. Geyser tidak akan nampak jika kandungan air tanah pada daerah tersebut habis, namun pada saat terisi air akan muncul kembali. Fenomena ini dapat kamu jumpai di Plato Dieng Jawa Tengah.











PROSES PEMBENTUKAN BUMI

              Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya. Sebagai tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan bumi, bahan-bahan material pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan, pegunungan, perbukitan, danau, lembah, dan sebagainya. Bumi sebagai salah satu planet yang termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam seperti apa yang kita perkirakan selama ini, melainkan bumi melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat  Oleh karena itu, proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya kita.
 
1.      Theory Big Bang
Teori ini adalah yang paling terkenal. Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran yang dilakukannya tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat.

Kemudian gumpalan-gumpalan itu membentukplanet-planet, termasuk planet bumi.
Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi, yaitu:
1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau perbedaan unsur.
2. Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi.  Material besi yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak ke permukaan.
3. Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi. Perubahan di bumi disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca.

2.      Theory Kabut Kant-Laplace
Sejak jaman sebelum Masehi, para ahli telah banyak berfikir dan melakukan analisis terhadap gejala-gejala alam. Mulai abad ke 18 para ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi.
Ingatkah kamu tentang teori kabut (nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere de Laplace (1796)? Mereka terkenal dengan Teori Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa bumi memadat (karena pendinginan jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan bagian yang terlempar inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.
3.      Theory Planetesimal
Seabad sesudah teori kabut tersebut, muncul teori Planetesimal yang dikemukakan oleh Chamberlin dan Moulton. Teori ini mengungkapkan bahwa pada mulanya telah terdapat matahari asal. Pada suatu ketika, matahari asal ini didekati oleh sebuah bintang besar, yang menyebabkan terjadinya penarikan pada bagian matahari. Akibat tenaga penarikan matahari asal tadi terjadilah ledakan-ledakan yang hebat. Gas yang meledak ini keluar dari atmosfer matahari kemudian mengembun dan membeku sebagai benda-benda yang padat dan disebut planetesimal. Planetesimal ini dalam perkembangannya menjadi planet-planet, dan salah satunya adalah planet bumi.
Pada dasarnya, proses-proses teoritis terjadinya planet-planet dan bumi, dimulai daribenda berbentuk gas yang bersuhu sangat panas. Kemudian karena proses waktu dan perputaran (pusingan) cepat, maka terjadi pendinginan yang menyebabkan pemadatan (pada bagian luar). Adapaun tubuh Bumi bagian dalam masih bersuhu tinggi.

4.      Theory Pasang Surut Gas
Teori ini dikemukakan leh jeans dan Jeffreys, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat matahari itu masih berada dalam keadaan gas.
Terjadinya pasang surut air laut yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari mendekati matahari maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh matahari yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang besar sekali, menjulur dari massa matahari tadi dan merentang kea rah bintang besar itu.
Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya terhadap planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini berjalan dengan lambat pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus, sedangkan pada planet-planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan relatif lebih cepat.
Sementara pendinginan berlangsung, planet-planet itu masih mengelilingi matahari pada orbit berbentuk elips, sehingga besar kemungkinan pada suatu ketika meraka akan mendekati matahari dalam jarak yang pendek. Akibat kekuatan penarikan matahari, maka akan terjadi pasang surut pada tubuh-tubuh planet yang baru lahir itu. Matahari akan menarik kolom-kolom materi dari planet-planet, sehingga lahirlah bulan-bulan (satelit-satelit) yang berputar mengelilingi planet-planet. peranan yang dipegang matahari dalam membentuk bulan-bulan ini pada prinsipnya sama dengan peranan bintang besar dalam membentuk planet-planet, seperti telah dibicarakan di atas.


5.      Theory Bintang Kembar
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang meledak sehingga banyak material yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak. Bintang yang tidak meledak itu adalah matahari sedangkan pecahan bintang yang lain adalah planet-planet yang mengelilinginya. Ada dua kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan mengenai proses terbentuknya bumi, yaitu:
1.      Bumi berasal dari suatu gumpalan kabut raksasa yang meledak dahsyat, kemudian membentuk galaksi dan nebula. Setelah itu, nebula membeku membentuk galaksi Bima Sakti, lalu sistem tata surya. Bumi terbentuk dari bagian kecil ringan yang terlempar ke luar saat gumpalan kabut raksasa meledak yang mendingin dan memadat sehingga terbentuklah bumi.
2.      Tiga tahap proses pembentukan bumi, yaitu mulai dari awal bumi terbentuk, diferensiasi sampai bumi mulai terbagi ke dalam beberapa zona atau lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi.





DAMPAK BENTUK MUKA BUMI TERHADAP KEHIDUPAN

Seperti telah Anda pelajari dalam pembahasan sebelumnya bahwa permukaan bumi mengalami perubahan baik secara evolusi (lambat) maupun revolusi (cepat). Perubahan ini disebabkan adanya tenaga endogen dan eksogen. Terbentuknya pegunungan, gunung, dataran rendah, dataran tinggi, atau lembah merupakan hasil aktivitas tenaga endogen. Begitu pula proses pelapukan, erosi, dan sedimentasi sebagai tenaga eksogen berpengaruh terhadap pembentukan muka bumi. Adanya keragaman bentuk muka bumi ini menyebabkan perbedaan berbagai aspek, antara lain : iklim, kesuburan tanah, tata air, dan unsur-unsur lainnya.
Perbedaan semua aspek tersebut tentu saja berpengaruh terhadap mahluk hidup (tumbuhan, hewan, dan manusia) di sekitarnya. Pernahkah Anda berfikir, kenapa hampir di setiap daerah memiliki kekhasan tumbuhan, hewan, dan juga kehidupan manusia. Mengapa pohon kurma hanya tumbuh subur di daerah Arab (padang pasir)? Mengapa pohon teh dan kopi tumbuh subur di daerah pegunungan? Mengapa Jerapah lehernya panjang? Mengapa orang Eskimo selalu memakai baju tebal? Atau mengapa kebiasaan nelayan menangkap ikan pada malam hari padahal secara logika lebih terang pada siang hari? Dan mungkin banyak lagi pertanyaan-pertanyaan serupa di benak Anda. Semua gejala itu merupakan adaptasi atau penyesuaian mahluk hidup terhadap alam sekitarnya.
Memang mahluk hidup termasuk manusia tidak bisa hidup tanpa alam. Atau lebih khususnya mahluk hidup juga tidak bisa bertahan hidup apabila tidak bisa menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya. Itulah sebabnya mengapa orang Eskimo memakai baju tebal, karena di sana iklimnya dingin. Begitu pula para nelayan menangkap ikan di malam hari karena angin darat yang berhembus ke laut membantu mereka dalam perjalanan ke tengah laut.
Akibat adanya proses adaptasi manusia terhadap lingkungan ini melahirkan kebiasaan yang berbeda. Corak kehidupan di daerah pegunungan berbeda dengan manusia yang tinggal di dataran rendah, begitupun sebaliknya. Pada bahasan kali ini kita fokuskan pada pengaruh bentuk muka bumi terhadap kehidupan di daerah pegunungan dan dataran rendah dari aspek tumbuhan, mata pencaharian, makanan, pakaian, bentuk rumah, dan sistem transportasi.


1.    Kehidupan di daerah dataran tinggi

Pegunungan atau gunung memiliki iklim yang sejuk. Karena angin yang datang dari arah laut setelah mencapai daerah pegunungan dan gunung, naik ke atas. Akhirnya angin menjadi lebih dingin, sehingga menimbulkan awan terjadilah hujan di sekitarnya.
Banyaknya hujan ini di samping tanahnya subur (banyak mengandung humus) menimbulkan tumbuh suburnya berbagai jenis tumbuhan. Hutan lebat dengan berbagai jenis tumbuhan subur. Adanya hutan lebat ini menahan terjadinya tanah longsor dan banjir di saat terjadinya hujan. Hutan juga dapat menyimpan air, sehingga di sekitarnya banyak ditemukan mata air yang sangat bermanfaat bagi mahluk hidup. Hutan juga berfungsi menetralisir polusi udara. Oleh karena itu hutan terutama hutan tropis sering disebut sebagai paru-paru dunia.
Secara umum daerah pegunungan dapat digolongkan menjadi dua yaitu daerah pegunungan rendah dan daerah pegunungan tinggi. Daerah pegunungan rendah memiliki ketinggian berkisar 600 s.d. 1.500 meter, sedangkan daerah pegunungan tinggi memiliki ketinggian sekitar 1.500 s.d. 2.500 meter di atas permukaan laur. Adanya perbedaan ketinggian ini tentu saja berpengaruh terhadap iklim. Daerah pegunungan rendah memiliki suhu antara 17 s.d. 22 derajat Celcius, sehingga daerah ini sering disebut daerah sedang. Daerah seperti ini misalnya di pegunungan Sulawesi Utara, Pegunungan Kidul, Pegunungan Muler, dan daerah lainnya. Daerah pegunungan tinggi memiliki suhu udara yang sejuk yaitu berkisar antara 11 s.d. 17 derajat Celcius. Daerah seperti ini contohnya di Dataran Tinggi Bandung, Bukit Barisan, Pegunungan Dieng, Pegunungan Tengger, dan daerah lainnya. Karena suhu udaranya yang sejuk ini, pakaian penduduk biasanya tebal.
Hasil utama hutan adalah kayu. Kayu ini sangat diperlukan untuk berbagai kebutuhan manusia, di antaranya untuk kayu bakar, bangunan, mebel, bahan kertas, dan lainnya. Di samping itu hutan juga dapat menghasilkan rotan, buah-buahan, getah, dan lain-lain. Oleh karena itu penduduk sekitar hutan banyak yang bermata pencaharian mencari hasil hutan, seperti kayu bakar, kayu, rotan, buah-buahan, atau jenis getah untuk dijual ke daerah perkotaan.
Di daerah pegunungan juga dihasilkan bahan tambang, seperti biji besi, tembaga, nikel, timah putih, emas, perak dan jenis bahan tambang lainnya.Tambang belerang juga umumnya ditemukan di daerah sekitar gunung api. Adanya jenis bahan tambang ini tentu juga berpengaruh terhadap mata pencaharian penduduk setempat. Di sekitar daerah pertambangan, banyak penduduk yang bermatapencaharian menjadi buruh tambang. Bakan tidak sedikit di antara mereka bertindak sebagai penambang liar. Misalnya di daerah Kalimantan Tengah ditemukan daerah penambangan emas liar yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya.
Daerah pegunungan umumnya memiliki tanah yang subur, karena disamping daerah vulkanis juga memiliki curah hujan yang tinggi. Kesuburan tanah ini berpengaruh terhadap mata pencaharian penduduk sekitarnya. Umumnya penduduk daerah pegunungan menggantungkan hidupnya dari pertanian dan perkebunan. Tanaman yang mereka tanam seperti kina, teh, kopi, sayur-sayuran, dan berbagai jenis buah-buahan. Di daerah pegunungan rendah banyak pula yang menanam padi dan tembakau sebagai mata pencaharian mereka. Hasil pertanian dan perkebunan ini selain mereka konsumsi sendiri, juga dijual ke daerah perkotaan dalam memenuhi keperluan hidup mereka.
Kebiasaan penduduk di daerah pegunungan menyesuaikan dengan alam sekitar mereka. Di daerah pegunungan tinggi biasanya memakai pakaian yang tebal terutama pada malam dan pagi hari, karena suhu udara terasa dingin. Rumah mereka biasanya dibangun di lereng. Rumah di daerah tinggi yang dingin dibuat tertutup agar hangat. Sedangkan di daerah rendah dibuat terbuka dengan ventilasi lebar agar udara dapat bebas bersirkulasi. Umumnya rumah mereka mengelompok pada daerah yang agak datar. Pengelompokan perumahan ini biasanya membentuk ikatan kekeluargaan yang erat, sehingga kehidupan mereka tampak rukun dan damai. Di daerah pegunungan rendah rumah biasanya dibangun pada sebuah dataran tinggi, sehingga dapat menampung penduduk yang relatif banyak. Biasanya daerah pegunungan rendah ini penduduknya lebih padat dibandingkan daerah pegunungan tinggi.
                               

Daerah pegunungan memiliki alam yang berbukit-bukit. Tidak sedikit di antara bukit dipisahkan oleh lembah, lereng atau sungai. Kondisi alam seperti ini kurang menguntungkan dalam bidang transportasi. Untuk berjalan kaki saja dirasakan berat, karena harus mendaki (naik dan turun). Oleh karena itu pembangunan jalan raya atau jalan kereta api relatif sulit dan memerlukan biaya besar. Namum jika daerah pegunungan berhasil dibangun jalan raya atau jalan kereta, hasilnya sangat menarik. Misalnya jalan raya di kawasan Puncak Bogor Jawa Barat yang berkelok-kelok, apabila dilihat dari bagian atas atau dari udara sungguh indah. Begitu pula jalan kereta api di sekitar Purwakarta Jawa Barat atau Lembah Anai Sumatera Barat tampak indah dihiasi banyaknya jembatan yang menghubungkan antar bukit, bahkan jalan kereta api harus menembus gunung (terowongan). Adakah di daerah Anda jalan yang berkelok-kelok dengan pemandangan yang indah atau bukit-bukit yang dihubungkan dengan jembatan atau terowongan?
Sampai di sini bisa dipahami? Jika masih belum paham, coba baca kembali terutama bagian yang dianggap sulit. Apabila sudah paham, mari kita lanjutkan pada kehidupan di daerah dataran rendah.

2.    Kehidupan di daerah dataran rendah

Umumnya dataran rendah di Indonesia merupakan dataran hasil endapan oleh air, atau sering disebut dataran aluvial. Biasanya dataran aluvial, tanahnya subur dan sangat baik untuk daerah pertanian, perkebunan, pemukiman, atau juga untuk industri. Apalagi daerah seperti ini yang dialiri sungai dapat lebih memenuhi kebutuhan air tawar untuk pertanian, perumahan, dan juga industri. Kalau kita membuka sejarah, memang nenek moyang kita umumnya hidup di sekitar aliran sungai. Oleh karena itu biasanya daerah yang dekat dengan aliran sungai penduduknya padat sehingga banyak daerah pinggir sungai yang berkembang menjadi kota.
Bahan endapan aluvium mampu menyerap dan menahan air di dalamnya. Karena itu di wilayah ini mempunyai air tanah yang banyak. Hal ini dapat kita perhatikan daerah di sekitar Jakarta. Di Jakarta penduduknya padat. Hampir semua rumah memiliki dan menggunakan air tanah untuk keperluan rumah tangga. Apalagi untuk industri, perkantoran, atau hotel memerlukan air tanah yang sangat banyak. Bisa dibayangkan berapa juta liter air yang disedot setiap harinya di areal Jakarta.

Umumnya dataran rendah dan delta sangat baik untuk lahan pertanian. Pengolahan tanah bisa lebih mudah karena tanahnya datar dan tidak keras. Pengaturan air, dan transportasinya juga lebih mudah bila dibandingkan daerah dataran tinggi. Karena itu di daerah ini mata pencaharian penduduknya banyak yang bertani. Tanaman yang cocok adalah padi, tebu, jagung, kelapa, dan palawija. Umumnya pertanian di daerah ini memiliki areal yang luas dan bisa menghasilkan produksi pertanian yang besar. Misalnya di jalur pantai Utara Jawa Barat merupakan salah satu penghasil padi terbesar, sehingga sering disebut lumbung padi nasional.
Daerah dataran rendah juga dapat berupa daerah pantai. Umumnya penduduk yang tinggal di sekitar pantai bermatapencaharian sebagai nelayan. Ada pula di beberapa daerah para nelayan selain menangkap ikan laut, mereka juga membudidayakan tambak. Misalnya di pantai Timur Sumatera dan pantai Utara Jawa tidak sedikit para nelayan yang membudidayakan tambak udang. Lain halnya dengan di sekitar pantai curam, seperti di pantai Selatan Pulau Jawa, penduduknya selain sebagai nelayan juga bercocok tanam.
Dalam kenyataannya tidak semua dataran rendah tanahnya subur. Daerah rawa-rawa, seperti di daerah Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya tanahnya tidak subur. Karena terlalu lama tergenang oleh air, sehingga unsur haranya sudah habis tercuci. Daerah rawa masih belum dimanfaatkan secara optimal. Hanya sebagian kecil rawa-rawa yang dimanfaatkan sebagai sawah pasang surut atau dijadikan tambak udang, misalnya di rawa-rawa sempit daerah Jawa, Sumatera, Bali, Sulawesi, dan daerah lainnya.
Dataran rendah mempunyai ketinggian di bawah 600 meter di atas permukaan laut. Suhu udaranya berkisar antara 22 s.d. 27 derajat Celcius, sehingga termasuk daerah panas. Di Indonesia banyak ditemukan daerah dataran rendah, misalnya pantai Timur Sumatera, pantai Utara Pulau Jawa, pantai Barat dan Selatan Kalimantan, pantai Utara Irian Jaya, dan banyak lagi daerah lainnya. Karena udaranya panas, biasanya bentuk rumah di daerah ini memiliki ventilasi yang lebar dan banyak, sehingga memudahkan sirkulasi udara. Jenis pakaian juga dipilih dari kain yang relatif tipis dan sejuk. Mereka biasanya menghindari pakaian dari bahan yang tebal.
Dataran rendah umumnya berpenduduk padat. Begitu pula kota-kota besar juga umumnya berada di dataran rendah. Sebut saja kota Jakarta, Medan, Semarang, Surabaya, Banjarmasin, dan banyak lagi kota lainnya semuanya berada di dataran rendah. Barangkali Anda bertanya kenapa hampir semua kota berada di dataran rendah, tidak di pegunungan?
Dataran rendah tanahnya relatif luas, sarana dan prasarana juga mudah dibangun, tanahnya relatif subur dan mempunyai cadangan air yang cukup. Semua itu mendukung pertumbuhan daerah dataran rendah menjadi sebuah kota. Karena itu dataran rendah secara umum penduduknya lebih cepat maju. Mata pencaharian penduduk lebih bervariasi, ada yang bertani, nelayan, berdagang, industri, maupun bergerak dalam bidang jasa.

Pembangunan sarana transportasi di dataran rendah juga lebih menguntungkan. Perjalanan bisa lebih cepat karena jalannya lurus dan tidak mendaki. Biaya pembuatan dan pemeliharaan jalan juga lebih murah dan mudah. Tidak heran di dataran rendah banyak ditemukan jenis sarana transportasi, mulai dari sepeda, beca, motor, mobil, kereta api, pesawat udara, dan lain-lain. Di sebagian dataran rendah juga banyak yang memanfaatkan sungai sebagai sarana transportasi. Misalnya di daerah Sumatera dan Kalimantan banyak penduduk yang menggunakan perahu sebagai sarana transportasi di sungai..


1 komentar:

Anonim mengatakan...

akan lebih sempurna jika dilampirkan gambar yg mendukung..