KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI
Bentuk permukaan bumi sangat
beraneka ragam. Ada yang bergunung-gunung, ada yang landai, ada jurang, ada
lembah. Dan beragam bentuk lain. Pada pazaman dahulu, banyak orang, mengira
bahwa bumi itu datar tidak bulat. Setelah dibuktikan bahwa bumi itu sebenarnya
bulat.
Tenaga Endogen dan Tenaga Eksogen
Menurut para ahli, keragaman bentuk
muka bumi ini disebabkan oleh dua kekuatan yaitu tenaga endogen dan tenaga
eksogen.
Tenaga endogen adalah tenaga pengubah muka bumi dari dalam
bumi sedangkan tenaga eksogen adalah tenaga pengubah muka bumi dari luar bumi.
Tenaga endogen bersumber dari magma yang bersifat membangun
(konstruktif). Tenaga ini meliputi tektonisme, vulkanisme dan gempa bumi.
Tenaga eksogen merupakan tenaga yang bersifat merusak
kulit-kulit bumi. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tenaga eksogen ini
meliputi cair, angin, makhluk hidup, sinar matahari dan gletser. Kedua tenaga
ini menghasilkan rupa muka bumi beraneka ragam bentuknya baik daratan maupun
dasar laut.
Bentuk muka bumi yang dihasilkan tenaga endogen
Tenaga yang sangat besar dari dalam
bumi dapat berpengaruh dalam membentuk keragaman bentuk muka bumi. Tenaga
endogen mempunyai sifat membangun. Tenaga endogen merupakan kekuatan yang
mendorong terjadinya pergerakan kerak bumi dan menjadikan terbentuk cembung,
seperti pegunungan atau gunung-gunung berapi, serta berbentuk cekung seperti
laut dan danau.
Kerak bumi terdiri atas 2 macam,
yaitu kerak benua dan kerak samudra. Kerak benua, antara lain eropa dan asia
atau bisa disebut eurosia, kerak samudra pasifik, kerak samudra pasifik kerak
samudra atlantik.
Kerak benua juga disebut lempeng benua sedangkan kerak
samudra disebut lempeng samudra (bagian yang menghubung naik disebabkan lempeng
samudra tertekan magma. Bagian itu disebut pematang tengah samudra). Tekanan
terus menerus akan mengakibatkan lempeng samudra bergerak menuju lempeng benua.
Rata-rata 10 cm/tahun kalau terus menerus terjadi maka akan terjadi bertumbukan
dengan lempeng benua suatu ketika, bagian-bagian yang teangkat akan menjadi
pegunungan.
Wilayah-wilayah di dunia tempat
pertemuan antara lempeng benua ditandai dengan deretan pegunungan. Karena ada
tekanan dari dalam bumi, maka dasar laut akan terangkat. Adanya proses erosi
dasar laut yang terangkat kemudian membentuk perbukitan.
A. Hasil dari Tektonisme
Tektonisme adalah perubahan letak
atau kedudukan lapisan kulit bumi secara horizontal maupun vertikal. Tektonisme
di bagi menjadi 2 epirogesea dengan oregenesa.
Epirogenesa adalah gerakan pada
lapisan kulit bumi secara horizontal maupun vertical akibat pengangkatan dan
penurunan permukaan bumi secara cepat meliputi daerah sempit. Berdasarkan
bentuknya dibedakan menjadi patahan dan lipatan.
1. Lipatan
terjadi akibat tenaga endogen dan yang mendatar dan bersifat liat (plastis) sehingga permukaan bumi menjadi mengkerut,
bagian yang meliputi atas disebut punggung lipatan (Antlikina), meliputi
kebawah dinamakan (sinkural).
Jenis Lipatan sebagai berikut :
a) Lipatan
Tegak (syimmetrical folds) ; terjadi karena pengaruh tenaga horizontal
b) Lipatan
miring (Asymmetical folds) ; terjadi karena pengaruh tenaga horizontal yang
bekerja tidak sama.
c) Lipatan
menutup (Recumbent Folds) ; terjadi karaena tenaga tagencial
d) Lipatan
rebah (overtuned Folds) ; terjadi karena arah tenaga harizontal
e) Sesor
sangkap (Ever Thrust) terjadi karena adanya gerakan sepanjang bumi.
2. Patahan
terjadi akibat tenaga endogen yang relatif cepat, baik secara vertikal maupun horizontal. Jenis-jenis patahan adalah
sebagai berikut:
a) Tanah
naik (horst) yaitu dataran yang terletak lebih tinggi daerah sekelilingnya
akibat daerah disekelilingnya patah. Horst terjadi akibat gerak tektogenesa
horizontal memusat, yaitu tekanan dari dua arah atau lebih yang menimbulkan
kerak bumi terdorong naik.
b) Tanah
turun (graben/slenk) yaitu kenampakan yang dataran letaknya lebih rendah dari
daerah sekelilingnya, graben terjadi tarikan dari dua arah yang mengakibatkan
kerak bumi turun.
c) Sesar
yaitu patahan yang diakibatkan oleh gerak horizontal yang tidak frontal dan
hanyal sebagian saja yang bergeser. Sesar ini dibagi menjadi dua desktral dan
sinistral. Dekstral yaitu jika kita berdiri didepan potongan sesar maka akan
bergeser ke kanan sedangkan inistral yaitu jika kita berdiri di depan
potongansesar didepan kita bergeser ke kiri.
d) Blok
Mountain yaitu kumpulan pegunungan yang terdiri atas beberapa patahan-patahan.
Blok mountain terjadi akibat tenaga endogen yang berbentuk retakan-retakan
disuatu daerah, ada yang berbentuk retakan-retakan di suatu daerah ada yang aik
dan ada yang turun dan ada pula yang berbentuk miring sehingg berbentuk komplek
pegunungan patahan yang terdiri atas balok-balok litosfera.
1. Pegunungan
Pegunungan adalah kumpulan dari
gunung-gunung yang membentuk permukaan bumi seolah-olah bergelombang dengan
lembah dan lekukan diantara gunung-gunung tersebut. Contoh dua daratan
pegunungan di Indonesia meliputi,
a) Sirkum
Pasifik, yang melalui sulawesi, Maluku, papua dan Halmahera
b) Sirkum
Mediterania
·
Busur dalam (Vulkanis) yang melalui
sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, solor, alor, weter. Damar. Nila,
Seua, Manuk, Kepualauan Banda, dan berakhir dipulau Ambon.
·
Busur luar (Non Vulkanis) yang
melalui P. Simelue, P. Nias, P. Batu, P. Mentawai, Enggano, Tenggelam di
sebelah setalan P. Jawa, Sawu, Roti, Timor, Kep. Leti, Sermata, Kep. Barbar.
Kep. Tanibar, Kep Walubela, Kep. Laut seram, Manipa, Batu dan pulau-pulau kecil
sekitarnya.
2. Dataran
Tinggi adalah daerah datar yang berada pada ketinggian diatas 700 m.
3. Plato/Petau
bentuk permukaan bumi yang merupakan dataran tinggi dengan bagian atas relatif
rata dan telah mengalami erosi.
4. Depresi
adalah bagian permukaan bumi yang mengalami penurunan. Bentuk depresi yang
memanjang disebut slenk. Sedangkan yang membuat disebut dosin.
5. Palung
laut adalah bagian luar bumi yang terdapat di dasar laut dengan kedalaman lebih
dari 500 m. bentuknya memanjang dan sempit sebagai akibat dari proses
penenggelaman yang terus menerus.
6. Lubuk
laut pada dasarnya pembentukkannya sama dengan palung laut hanya berbeda pada
bentuknya saja, yaitu yang membuat dengan kedalaman juga lebih dari 5000 m.
7. Punggung
laut, bentuk dari punggung laut dapat digambarkan seperti bukit didasar laut.
Sebagaian dari punggung laut ada juga yang muncul diatas permukaan air laut.
8. Ambang
laut adalah pembatas pada dasar laut yang memisahkan dua laut dalam
9. Shelf
adalah bagian laut yang dalamnya kurang dari 200 meter.
B. Hasil
dari Proses Vulkanisme
Vulkanisme adalah segala kegiatan magma
dari lapisan dalam litosfer yang bergerak ke lapisan yang lebih keatas atau
keluar ke permukaan bumi (dalam arti luas). Pergerakan magma sebagai ciri
aktivitas magma dibedakan sebagai berikut,
1. Intrusi
Instrusi magma adalah aktifitas
magma didalam lapisan litosfer, memotong atau menyisipkan litosfer dan tidak
mencapai permukaan bumi. Instrusi magma disebut juga plutonisme.
a) Batholit,
yaitu batuan beku yang terbentuk dari dapur magma terjadi karena penurunan suhu
yang lambat.
b) Lakolit,
yaitu magma yang menyusup diantara lapisan batuan yang menyebabkan lapisan
batuan diatasnya terangkat sehingga cembung, sedangkan alasnya rata.
c) Sill,
yaitu lapisan magma tipis yang menyusup diantara lapisan batuan diatas, datar dibagian
alasnya.
d) Gang,
yaitu batuan dari instrusi magma yang memotong lapisan batuan yang berbentuk
pipih atau lempeng.
e) Apofisa,
yaitu cabang dari erupsi korok (gang)
f) Diatrema,
yaitu batuan yang mengisi pipa letusan.
2. Ekstrusi
magma adalah kegiatan magma yang mencapai permukaan bumi. Ekstrusi magma
merupakan kelanjutan dari instrusi magma, bahan yang dikeluarkan pada saat
terjadi proses ekstrusi magma terutama ketika terjadi letusan gunung api adalah
dalam bentuk material padat yang disebut eflatalpiroklastik dalam wujud gas,
seperti belerang, nitrogen, gas asam arang, dan gas uap air.
Menurut bentuknya ekstrusi magma
dibedakan menjadi 3 macam :
a) Ekstrusi
sentral, yaitu magma keluar melalui sebuah saluran magma (pipa kawah) dan
membentuk gunung-gunung dan letaknya tersendiri. Ekstrusi melahirkan tipe
letusan gunung api. Misalnya gunung krakatau dan gunung Vesuvius.
b) Ekstrusi
linier, yaitu magma keluar melalui retakan atau celahan yang memanjang sehingga
mengakibatkan terbentuknya deretan gunung api yang kecil-kecil disepanjang
retakan itu. Misalnya gunung api laki di pulau Eslandia dan deretan gunung api
di Jawa Barat dan Jawa Timur.
c) Ekstrusi
areal, yaitu magma keluar dari lubang yang besar, karena magma terletak sangat
dekat dengan permukaan bumi sehingga magma menghancurkan dapur magma yang
menyebabkan magma meleleh keluar ke permukaan bumi. Misalnya Yellow Stone
National Park di amerika serikat yang luasnya 10.000 KM2.
Hasil dari vulkanik atau fenomena alam pasca vulkanik atau
fenomena alam setelah terjadi letusan.
1. Gunung
Gunung adalah bagian permukaan bumi
yang berbentuk kerucut atau kubah yang berdiri sendiri dan terdiri atas satu
puncak tertinggi yang dibatasi oleh lereng. Gunung merupakan bukit yang besar
yang bentuknya lebih runcing dan lebih tinggi dari permukaan bumi. Gunung terbentuk
oleh adanya gerakan magma atau ekstrunsi magma dalam bumi dari kantung/dapur
magma sampai dalam lapisan permukaan bumi. Gunung api biasanya masih aktif
artinya gunung tersebut sewaktu-waktu dapat mengalami letusan-letusan. Contoh
gunung api di Indonesia yang dapat dijumpai di daratan adalah gunung Slamet di
Jawa Tengah, gunung Merapi di Yogyakarta, sedangkan gunung api di laut misalnya
gunung Krakatau di selat Sunda. Gunung yang tidak aktif ada yang menyebut
gunung “tidur” artinya gunung tersebut sudah tidak mengeluarkan lagi material
vulkan baik padat maupun cair. Contoh gunung yang tidak aktif adalah gunung Ceremai
di Jawa Barat, gunung Lawu di Jawa Tengah dan gunung Salak di Bogor.
2. Mata
air panas (air thermal) dan air mineral
Jenis air ini banyak dimanfaatkan
sebagai sumber air mineral yang dikonsumsi dalam bentuk kemasan. Banyak
dijumpai di depot air isi ulang atau dijual bebas. Mata air yang terkenal
adalah mata air panas Baturaden di Purwokerto, Ciater di Bandung dan Sangkan
Hurip di Kuningan.
3. Sumber gas Lekskalasi
Sumber ini dapat keluar dari :
a) Solfatar,
yaitu sumber gas belerang, kenampakan ini banyak dijumapi di kawah-kawah puncak
gunung api yang masih aktif. Misalnya di kawah puncak gunung Bromo dan kawah
puncak gunung Merapai Daerah Istimewah Yogyakarta.
b) Fumarol,
yaitu sumber gas uap air. Sumber gas ini sama seperti solfator, fumarol dapat
dijumpai pada gunung api yang masih aktif.
c) Mofet,
yaitu sumber gas asam belerang / arang. Sama seperti fumarol dan solfator,
mofet juga dapat dijumpai pada gunung api yang meletus. Mofet dan belerang
merupakan dua gas yang berbahaya bagi manusia karena dapat menyebabkan
kematian.
4. Mata Air Geyser
Mata air geyser diketemukan di
daerah vulkan aktif. Geyser merupakan mata air tanah yang memancarkan sewaktu-waktu
dalam selah batuan atau bekas kantong magma akibat dorongan gas dari alam.
Geyser tidak akan nampak jika kandungan air tanah pada daerah tersebut habis,
namun pada saat terisi air akan muncul kembali. Fenomena ini dapat kamu jumpai
di Plato Dieng Jawa Tengah.
PROSES PEMBENTUKAN BUMI
Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya. Sebagai tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan bumi, bahan-bahan material pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan, pegunungan, perbukitan, danau, lembah, dan sebagainya. Bumi sebagai salah satu planet yang termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam seperti apa yang kita perkirakan selama ini, melainkan bumi melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat Oleh karena itu, proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya kita.
1.
Theory
Big Bang
Teori ini adalah yang paling
terkenal. Berdasarkan
Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun
yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada
porosnya. Putaran yang dilakukannya tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil
dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk
cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan dahsyat
di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama
jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan
membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti, kemudian
membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke
luar tadi mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang
mendingin dan memadat.
Kemudian gumpalan-gumpalan itu
membentukplanet-planet, termasuk planet bumi.
Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi, yaitu:
Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi, yaitu:
1. Awalnya, bumi masih
merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau perbedaan unsur.
2. Pembentukan perlapisan struktur
bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi. Material besi yang berat jenisnya lebih besar
akan tenggelam sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak ke
permukaan.
3. Bumi terbagi menjadi lima
lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak
bumi. Perubahan di bumi disebabkan oleh perubahan
iklim dan cuaca.
2. Theory
Kabut Kant-Laplace
Sejak jaman sebelum Masehi, para
ahli telah banyak berfikir dan melakukan analisis terhadap gejala-gejala alam.
Mulai abad ke 18 para ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi.
Ingatkah kamu tentang teori kabut (nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere de Laplace (1796)? Mereka terkenal dengan Teori Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa bumi memadat (karena pendinginan jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan bagian yang terlempar inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.
Ingatkah kamu tentang teori kabut (nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere de Laplace (1796)? Mereka terkenal dengan Teori Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa bumi memadat (karena pendinginan jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan bagian yang terlempar inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.
3. Theory
Planetesimal
Seabad sesudah teori kabut
tersebut, muncul teori Planetesimal yang dikemukakan oleh Chamberlin dan
Moulton. Teori ini mengungkapkan bahwa pada mulanya telah terdapat matahari
asal. Pada suatu ketika, matahari asal ini didekati oleh sebuah bintang besar,
yang menyebabkan terjadinya penarikan pada bagian matahari. Akibat tenaga
penarikan matahari asal tadi terjadilah ledakan-ledakan yang hebat. Gas yang
meledak ini keluar dari atmosfer matahari kemudian mengembun dan membeku
sebagai benda-benda yang padat dan disebut planetesimal. Planetesimal ini dalam
perkembangannya menjadi planet-planet, dan salah satunya adalah planet bumi.
Pada dasarnya, proses-proses
teoritis terjadinya planet-planet dan bumi, dimulai daribenda berbentuk gas
yang bersuhu sangat panas. Kemudian karena proses waktu dan perputaran
(pusingan) cepat, maka terjadi pendinginan yang menyebabkan pemadatan (pada
bagian luar). Adapaun tubuh Bumi bagian dalam masih bersuhu tinggi.
4. Theory Pasang Surut Gas
Teori ini dikemukakan leh jeans dan
Jeffreys, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak
pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat
matahari itu masih berada dalam keadaan gas.
Terjadinya pasang surut air laut yang
kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya massa
bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi, jika
sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari mendekati
matahari maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh
matahari yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut
akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang besar
sekali, menjulur dari massa matahari tadi dan merentang kea rah bintang besar
itu.
Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan
gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi
benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan
penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan perjalanan di
jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya terhadap planet yang
berbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar mengelilingi matahari dan
mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini berjalan dengan lambat
pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus, sedangkan pada
planet-planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan relatif lebih
cepat.
Sementara pendinginan berlangsung,
planet-planet itu masih mengelilingi matahari pada orbit berbentuk elips,
sehingga besar kemungkinan pada suatu ketika meraka akan mendekati matahari
dalam jarak yang pendek. Akibat kekuatan penarikan matahari, maka akan terjadi
pasang surut pada tubuh-tubuh planet yang baru lahir itu. Matahari akan menarik
kolom-kolom materi dari planet-planet, sehingga lahirlah bulan-bulan
(satelit-satelit) yang berputar mengelilingi planet-planet. peranan yang
dipegang matahari dalam membentuk bulan-bulan ini pada prinsipnya sama dengan
peranan bintang besar dalam membentuk planet-planet, seperti telah dibicarakan
di atas.
5. Theory Bintang Kembar
Teori ini dikemukakan oleh seorang
ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori ini, galaksi berasal dari kombinasi
bintang kembar. Salah satu bintang meledak sehingga banyak material yang
terlempar. Karena bintang yang tidak meledak mempunyai gaya gravitasi yang
masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang
yang tidak meledak. Bintang yang tidak meledak itu adalah matahari sedangkan
pecahan bintang yang lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.
Ada dua kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan
mengenai proses terbentuknya bumi, yaitu:
1. Bumi berasal dari suatu
gumpalan kabut raksasa yang meledak dahsyat, kemudian membentuk galaksi dan
nebula. Setelah itu, nebula membeku membentuk galaksi Bima Sakti, lalu sistem
tata surya. Bumi terbentuk dari bagian kecil ringan yang terlempar ke luar saat
gumpalan kabut raksasa meledak yang mendingin dan memadat sehingga terbentuklah
bumi.
2.
Tiga tahap proses pembentukan bumi,
yaitu mulai dari awal bumi terbentuk, diferensiasi sampai bumi mulai terbagi ke
dalam beberapa zona atau lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam,
mantel luar, dan kerak bumi.
DAMPAK BENTUK MUKA BUMI
TERHADAP KEHIDUPAN
Seperti telah Anda pelajari dalam pembahasan sebelumnya
bahwa permukaan bumi mengalami perubahan baik secara evolusi (lambat) maupun
revolusi (cepat). Perubahan ini disebabkan adanya tenaga endogen dan eksogen.
Terbentuknya pegunungan, gunung, dataran rendah, dataran tinggi, atau lembah
merupakan hasil aktivitas tenaga endogen. Begitu pula proses pelapukan, erosi,
dan sedimentasi sebagai tenaga eksogen berpengaruh terhadap pembentukan muka
bumi. Adanya keragaman bentuk muka bumi ini menyebabkan perbedaan berbagai
aspek, antara lain : iklim, kesuburan tanah, tata air, dan unsur-unsur lainnya.
Perbedaan semua aspek tersebut tentu saja berpengaruh
terhadap mahluk hidup (tumbuhan, hewan, dan manusia) di sekitarnya. Pernahkah
Anda berfikir, kenapa hampir di setiap daerah memiliki kekhasan tumbuhan,
hewan, dan juga kehidupan manusia. Mengapa pohon kurma hanya tumbuh subur di
daerah Arab (padang pasir)? Mengapa pohon teh dan kopi tumbuh subur di daerah
pegunungan? Mengapa Jerapah lehernya panjang? Mengapa orang Eskimo selalu
memakai baju tebal? Atau mengapa kebiasaan nelayan menangkap ikan pada malam
hari padahal secara logika lebih terang pada siang hari? Dan mungkin banyak
lagi pertanyaan-pertanyaan serupa di benak Anda. Semua gejala itu merupakan
adaptasi atau penyesuaian mahluk hidup terhadap alam sekitarnya.
Memang mahluk hidup termasuk manusia tidak bisa hidup tanpa
alam. Atau lebih khususnya mahluk hidup juga tidak bisa bertahan hidup apabila
tidak bisa menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya. Itulah sebabnya mengapa
orang Eskimo memakai baju tebal, karena di sana iklimnya dingin. Begitu pula
para nelayan menangkap ikan di malam hari karena angin darat yang berhembus ke
laut membantu mereka dalam perjalanan ke tengah laut.
Akibat
adanya proses adaptasi manusia terhadap lingkungan ini melahirkan kebiasaan yang
berbeda. Corak kehidupan di daerah pegunungan berbeda dengan manusia yang
tinggal di dataran rendah, begitupun sebaliknya. Pada bahasan kali ini kita
fokuskan pada pengaruh bentuk muka bumi terhadap kehidupan di daerah pegunungan
dan dataran rendah dari aspek tumbuhan, mata pencaharian, makanan, pakaian,
bentuk rumah, dan sistem transportasi.
1. Kehidupan
di daerah dataran tinggi
Pegunungan atau gunung memiliki iklim yang sejuk. Karena
angin yang datang dari arah laut setelah mencapai daerah pegunungan dan gunung,
naik ke atas. Akhirnya angin menjadi lebih dingin, sehingga menimbulkan awan
terjadilah hujan di sekitarnya.
Banyaknya
hujan ini di samping tanahnya subur (banyak mengandung humus) menimbulkan
tumbuh suburnya berbagai jenis tumbuhan. Hutan lebat dengan berbagai jenis
tumbuhan subur. Adanya hutan lebat ini menahan terjadinya tanah longsor dan
banjir di saat terjadinya hujan. Hutan juga dapat menyimpan air, sehingga di
sekitarnya banyak ditemukan mata air yang sangat bermanfaat bagi mahluk hidup.
Hutan juga berfungsi menetralisir polusi udara. Oleh karena itu hutan terutama
hutan tropis sering disebut sebagai paru-paru dunia.
Secara umum daerah pegunungan dapat digolongkan menjadi dua
yaitu daerah pegunungan rendah dan daerah pegunungan tinggi. Daerah pegunungan
rendah memiliki ketinggian berkisar 600 s.d. 1.500 meter, sedangkan daerah
pegunungan tinggi memiliki ketinggian sekitar 1.500 s.d. 2.500 meter di atas
permukaan laur. Adanya perbedaan ketinggian ini tentu saja berpengaruh terhadap
iklim. Daerah pegunungan rendah memiliki suhu antara 17 s.d. 22 derajat
Celcius, sehingga daerah ini sering disebut daerah sedang. Daerah seperti ini
misalnya di pegunungan Sulawesi Utara, Pegunungan Kidul, Pegunungan Muler, dan
daerah lainnya. Daerah pegunungan tinggi memiliki suhu udara yang sejuk yaitu
berkisar antara 11 s.d. 17 derajat Celcius. Daerah seperti ini contohnya di
Dataran Tinggi Bandung, Bukit Barisan, Pegunungan Dieng, Pegunungan Tengger,
dan daerah lainnya. Karena suhu udaranya yang sejuk ini, pakaian penduduk
biasanya tebal.
Hasil utama hutan adalah kayu. Kayu ini sangat diperlukan
untuk berbagai kebutuhan manusia, di antaranya untuk kayu bakar, bangunan,
mebel, bahan kertas, dan lainnya. Di samping itu hutan juga dapat menghasilkan
rotan, buah-buahan, getah, dan lain-lain. Oleh karena itu penduduk sekitar
hutan banyak yang bermata pencaharian mencari hasil hutan, seperti kayu bakar,
kayu, rotan, buah-buahan, atau jenis getah untuk dijual ke daerah perkotaan.
Di
daerah pegunungan juga dihasilkan bahan tambang, seperti biji besi, tembaga,
nikel, timah putih, emas, perak dan jenis bahan tambang lainnya.Tambang
belerang juga umumnya ditemukan di daerah sekitar gunung api. Adanya jenis
bahan tambang ini tentu juga berpengaruh terhadap mata pencaharian penduduk setempat.
Di sekitar daerah pertambangan, banyak penduduk yang bermatapencaharian menjadi
buruh tambang. Bakan tidak sedikit di antara mereka bertindak sebagai penambang
liar. Misalnya di daerah Kalimantan Tengah ditemukan daerah penambangan emas
liar yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya.
Daerah pegunungan umumnya memiliki tanah yang subur, karena
disamping daerah vulkanis juga memiliki curah hujan yang tinggi. Kesuburan
tanah ini berpengaruh terhadap mata pencaharian penduduk sekitarnya. Umumnya
penduduk daerah pegunungan menggantungkan hidupnya dari pertanian dan
perkebunan. Tanaman yang mereka tanam seperti kina, teh, kopi, sayur-sayuran,
dan berbagai jenis buah-buahan. Di daerah pegunungan rendah banyak pula yang
menanam padi dan tembakau sebagai mata pencaharian mereka. Hasil pertanian dan
perkebunan ini selain mereka konsumsi sendiri, juga dijual ke daerah perkotaan
dalam memenuhi keperluan hidup mereka.
Kebiasaan penduduk di daerah pegunungan menyesuaikan dengan
alam sekitar mereka. Di daerah pegunungan tinggi biasanya memakai pakaian yang
tebal terutama pada malam dan pagi hari, karena suhu udara terasa dingin. Rumah
mereka biasanya dibangun di lereng. Rumah di daerah tinggi yang dingin dibuat
tertutup agar hangat. Sedangkan di daerah rendah dibuat terbuka dengan
ventilasi lebar agar udara dapat bebas bersirkulasi. Umumnya rumah mereka
mengelompok pada daerah yang agak datar. Pengelompokan perumahan ini biasanya
membentuk ikatan kekeluargaan yang erat, sehingga kehidupan mereka tampak rukun
dan damai. Di daerah pegunungan rendah rumah biasanya dibangun pada sebuah
dataran tinggi, sehingga dapat menampung penduduk yang relatif banyak. Biasanya
daerah pegunungan rendah ini penduduknya lebih padat dibandingkan daerah
pegunungan tinggi.
Daerah pegunungan memiliki alam yang berbukit-bukit. Tidak
sedikit di antara bukit dipisahkan oleh lembah, lereng atau sungai. Kondisi
alam seperti ini kurang menguntungkan dalam bidang transportasi. Untuk berjalan
kaki saja dirasakan berat, karena harus mendaki (naik dan turun). Oleh karena
itu pembangunan jalan raya atau jalan kereta api relatif sulit dan memerlukan
biaya besar. Namum jika daerah pegunungan berhasil dibangun jalan raya atau
jalan kereta, hasilnya sangat menarik. Misalnya jalan raya di kawasan Puncak
Bogor Jawa Barat yang berkelok-kelok, apabila dilihat dari bagian atas atau
dari udara sungguh indah. Begitu pula jalan kereta api di sekitar Purwakarta
Jawa Barat atau Lembah Anai Sumatera Barat tampak indah dihiasi banyaknya
jembatan yang menghubungkan antar bukit, bahkan jalan kereta api harus menembus
gunung (terowongan). Adakah di daerah Anda jalan yang berkelok-kelok dengan
pemandangan yang indah atau bukit-bukit yang dihubungkan dengan jembatan atau
terowongan?
Sampai
di sini bisa dipahami? Jika masih belum paham, coba baca kembali terutama
bagian yang dianggap sulit. Apabila sudah paham, mari kita lanjutkan pada
kehidupan di daerah dataran rendah.
2. Kehidupan di daerah dataran rendah
Umumnya dataran rendah di Indonesia merupakan dataran hasil
endapan oleh air, atau sering disebut dataran aluvial. Biasanya dataran
aluvial, tanahnya subur dan sangat baik untuk daerah pertanian, perkebunan,
pemukiman, atau juga untuk industri. Apalagi daerah seperti ini yang dialiri
sungai dapat lebih memenuhi kebutuhan air tawar untuk pertanian, perumahan, dan
juga industri. Kalau kita membuka sejarah, memang nenek moyang kita umumnya
hidup di sekitar aliran sungai. Oleh karena itu biasanya daerah yang dekat
dengan aliran sungai penduduknya padat sehingga banyak daerah pinggir sungai
yang berkembang menjadi kota.
Bahan
endapan aluvium mampu menyerap dan menahan air di dalamnya. Karena itu di
wilayah ini mempunyai air tanah yang banyak. Hal ini dapat kita perhatikan
daerah di sekitar Jakarta. Di Jakarta penduduknya padat. Hampir semua rumah
memiliki dan menggunakan air tanah untuk keperluan rumah tangga. Apalagi untuk
industri, perkantoran, atau hotel memerlukan air tanah yang sangat banyak. Bisa
dibayangkan berapa juta liter air yang disedot setiap harinya di areal Jakarta.
Umumnya dataran rendah dan delta sangat baik untuk lahan
pertanian. Pengolahan tanah bisa lebih mudah karena tanahnya datar dan tidak
keras. Pengaturan air, dan transportasinya juga lebih mudah bila dibandingkan
daerah dataran tinggi. Karena itu di daerah ini mata pencaharian penduduknya
banyak yang bertani. Tanaman yang cocok adalah padi, tebu, jagung, kelapa, dan
palawija. Umumnya pertanian di daerah ini memiliki areal yang luas dan bisa
menghasilkan produksi pertanian yang besar. Misalnya di jalur pantai Utara Jawa
Barat merupakan salah satu penghasil padi terbesar, sehingga sering disebut
lumbung padi nasional.
Daerah dataran rendah juga dapat berupa daerah pantai.
Umumnya penduduk yang tinggal di sekitar pantai bermatapencaharian sebagai
nelayan. Ada pula di beberapa daerah para nelayan selain menangkap ikan laut,
mereka juga membudidayakan tambak. Misalnya di pantai Timur Sumatera dan pantai
Utara Jawa tidak sedikit para nelayan yang membudidayakan tambak udang. Lain
halnya dengan di sekitar pantai curam, seperti di pantai Selatan Pulau Jawa,
penduduknya selain sebagai nelayan juga bercocok tanam.
Dalam
kenyataannya tidak semua dataran rendah tanahnya subur. Daerah rawa-rawa,
seperti di daerah Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya tanahnya tidak subur.
Karena terlalu lama tergenang oleh air, sehingga unsur haranya sudah habis
tercuci. Daerah rawa masih belum dimanfaatkan secara optimal. Hanya sebagian
kecil rawa-rawa yang dimanfaatkan sebagai sawah pasang surut atau dijadikan
tambak udang, misalnya di rawa-rawa sempit daerah Jawa, Sumatera, Bali,
Sulawesi, dan daerah lainnya.
Dataran rendah mempunyai ketinggian di bawah 600 meter di
atas permukaan laut. Suhu udaranya berkisar antara 22 s.d. 27 derajat Celcius,
sehingga termasuk daerah panas. Di Indonesia banyak ditemukan daerah dataran
rendah, misalnya pantai Timur Sumatera, pantai Utara Pulau Jawa, pantai Barat
dan Selatan Kalimantan, pantai Utara Irian Jaya, dan banyak lagi daerah lainnya.
Karena udaranya panas, biasanya bentuk rumah di daerah ini memiliki ventilasi
yang lebar dan banyak, sehingga memudahkan sirkulasi udara. Jenis pakaian juga
dipilih dari kain yang relatif tipis dan sejuk. Mereka biasanya menghindari
pakaian dari bahan yang tebal.
Dataran
rendah umumnya berpenduduk padat. Begitu pula kota-kota besar juga umumnya
berada di dataran rendah. Sebut saja kota Jakarta, Medan, Semarang, Surabaya,
Banjarmasin, dan banyak lagi kota lainnya semuanya berada di dataran rendah.
Barangkali Anda bertanya kenapa hampir semua kota berada di dataran rendah,
tidak di pegunungan?
Dataran
rendah tanahnya relatif luas, sarana dan prasarana juga mudah dibangun,
tanahnya relatif subur dan mempunyai cadangan air yang cukup. Semua itu
mendukung pertumbuhan daerah dataran rendah menjadi sebuah kota. Karena itu
dataran rendah secara umum penduduknya lebih cepat maju. Mata pencaharian
penduduk lebih bervariasi, ada yang bertani, nelayan, berdagang, industri,
maupun bergerak dalam bidang jasa.
Pembangunan
sarana transportasi di dataran rendah juga lebih menguntungkan. Perjalanan bisa
lebih cepat karena jalannya lurus dan tidak mendaki. Biaya pembuatan dan
pemeliharaan jalan juga lebih murah dan mudah. Tidak heran di dataran rendah
banyak ditemukan jenis sarana transportasi, mulai dari sepeda, beca, motor,
mobil, kereta api, pesawat udara, dan lain-lain. Di sebagian dataran rendah
juga banyak yang memanfaatkan sungai sebagai sarana transportasi. Misalnya di daerah
Sumatera dan Kalimantan banyak penduduk yang menggunakan perahu sebagai sarana
transportasi di sungai..
1 komentar:
akan lebih sempurna jika dilampirkan gambar yg mendukung..
Posting Komentar