Pada awal perkembangannya batik dituliskan dalam kain-kain sebagai bahan pakaian dengan motif-motif abstrak, candi, wayang, dan lain sebagainya. Hingga sekarang, batik bukan hanya dikenal sebagai corak pakaian semata. Berbagai pernik pelengkap penampilan dalam kehidupan sehari-hari seperti tas, sepatu, dasi, hingga helm, juga sudah menggunakan batik sebagai motifnya. Pada saat ini diketahui ada tiga proses pembuatan batik, yaitu batik tulis, cap, dan print.
Jogjakarta merupakan salah satu kota yang dikenal sebagai kota batik di Indonesia, bahkan apabila ada sanak saudara yang hendak mengunjungi kota ini, salah satu oleh-oleh yang paling ditanyakan adalah batik. Begitu identiknya Kota Jogjakarta dengan batik hingga pada tahun 2014 Jogjakarta mendapatkan julukan kota batik dunia oleh Dewan Kerajinan Dunia (World Craft Council/WCC).
Salah satu upaya perlindungan pemerintah terhadap batik supaya tetap lestari dan tidak asing dimasyarakat adalah dengan mewajibkan aparat sipil untuk mengenakannya. Namun, hal itu dirasa kurang cukup karena pada kenyataanya mereka jarang mengenakan batik di kesehariannya. Oleh karena itu pemerintah harus lebih memperhatikan hal ini. Memadukan Public space dengan motif batik mungkin dapat menjadi alat pemerintah dalam mensosialisasikan dan membuat familiar kembali batik di masyarakat sehingga batik menjadi pakaian yang populer dimasyarakat. Selain itu, kompetisi duta batik mungkin sangat dibutuhkan untuk mensosialisasikan cinta pakaian bermotif batik sebagai produk dalam negri kepada masyarakat.
Dengan upaya-upaya tersebut diatas, diharapkan masyarakat tetap mencintai batik sebagai budaya Indonesia sehingga batik tetap lestari dan menjadi masa depan masyarakat sebagai mata pencaharian bukan sejarah kebudayaan.
Tag. #BatikIndonesia Antara Sejarah dan Masa Depan